Maju tak gentar
Membela yang benar
Maju tak gentar
Hak kita diserang
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Maju serentak
Mengusir penyerang
Maju serentak
Tentu kita kita menang
Membela yang benar
Maju tak gentar
Hak kita diserang
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Maju serentak
Mengusir penyerang
Maju serentak
Tentu kita kita menang
Reff :
Bergerak bergerak
Serentak menerkam
Menerjang terjang tak gentar
Bergerak bergerak
Serentak menerkam
Menerjang terjang tak gentar
Tak gentar tak gentar
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Lagu
‘Maju Tak Gentar’ pada mulanya adalah lagu propaganda Asia Timur Raya hasil
propaganda pemerintah Jepang dan Indonesia berjudul ‘Maju Putera-puteri
Indonesia’ ciptaan Cornel Simanjuntak tahun 1944. Pada tahun 1945 oleh
penciptanya diubah menjadi lagu ‘Maju Tak Gentar’ karena pengalamannya sebagai
pejuang, dan baru setelah proklamasi kemerdekaan, lagu ini memperoleh fungsi
yang sebenarnya. Lagu ‘Maju Tak Gentar’ dimaksudkan untuk memotivasi rakyat
guna membangkitkan semangat persatuan membela tanah air, yang secara realitas
sering ditampilkan potret pertempuran melawan Inggris dan Belanda yang sama
sekali tidak rasional. Dalam pertempuran itu tampak senapan bekas peninggalan
penjajah, bambu runcing, keris, rencong, pedang, clurit melawan senapan
otomatis dan meriam. Dengan strategi perlengkapan seadanya ditambah lagi dengan
perlawanan yang tidak berimbang, namun pada kenyataannya rakyat Indonesia tidak
gentar menghadapinya, seirama dengan semangat lagu ‘Maju Tak Gentar’.
Hal di atas
menunjukkan betapa besarnya pengaruh lagu untuk perjuangan kemerdekaan bangsa;
mempengaruhi semangat para pejuang dalam merebut, mempertahankan, juga
mengisinya. Merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan bukan dengan modal
yang memadai melainkan dengan modal semangat tinggi.
Di lingkungan gereja, lagu-lagu
perjuangan juga sering dinyanyikan, meskipun masih kurang dihayati sebagai lagu
perjuangan. Hal ini dikarenakan masih banyak orang mengidentikkan pengertian
“lagu” atau “nyanyian” dengan “pujian”. Contohnya dalam suatu acara
persekutuan, ada saudara yang mengatakan, “Mari kita memuji Tuhan dengan pujian
nomer lima!”, atau dalam sebuah ibadah
pemimpin sering mengajak, “Mari kita memuji Tuhan melalui Kidung Jemaat nomor
410 bait pertama!” Dari pernyataan-pernyataan ini tersirat orang menyamakan
pengertian “lagu” atau “nyanyian” dengan “pujian”, padahal sebenarnya lagu yang
dimaksudkan bukan berisi pujian melainkan penyerahan pada tuntunan Tuhan.
Lagu atau nyanyian memang tidak
selalu berisi pujian, namun ada banyak jenisnya: ada penyesalan, penyerahan
diri, pengutusan, dan lain-lain, termasuk yang berisi ajakan berjuang. Buku Kidung Jemaat memuat satu contoh lagu
yang berisi ajakan untuk berjuang;
yaitu KJ 340 yang berjudul “Hai Bangkit bagi Yesus”. Bait pertama
syairnya seperti ini:
Hai bangkit bagi Yesus, pahlawan salib-Nya!
Anjungkan panji Raja dan jangan menyerah.
Dengan semakin jayaTuhanmu ikutlah,
Sehingga tiap lawan berlutut menyembah.
Lagu yang terkenal ini berisi
ajakan untuk berjuang melawan kuasa-kuasa kegelapan atau ikut perangan rohani. Syairnya
diciptakan sekitar tahun 1858 oleh Pdt. George Duffield, Jr., seorang pendeta
jemaat Presbyterian di kota Philadelphia, Amerika. Penciptaannya terinspirasi
dari pesan perjuangan temannya yang bernama Pdt. Dudley Tyng, seorang pejuang
pembebasan perbudakan manusia, yang sebelum meninggal berpesan untuk “bangkit
bagi Yesus!”; melawan perbudakan. Kemudian, pada Minggu berikutnya, ia mengkhotbahkan
Efesus 6:14 “Berdirilah tegap” berikut ayat-ayat selanjutnya yang menggambarkan
berbagai senjata yang harus digunakan dalam peperangan rohani melawan kuasa
jahat. Dan terbukti, pengaruh dari lagu ini kemudian menyemangati para pejuang
anti perbudakan.
Nah, bagaimana dengan lagu-lagu
‘perjuangan’ kita di atas? Lagu-lagu ini telah membuktikan pengaruhnya dalam menyemangati
dalam perjuangan melawan perbudakan
penjajah maupun perbudakan dosa. Oleh karena itu, jika kita hendak
memperjuangkan kehidupan ekonomi, kehidupan iman, atau berbagai bidang kehidupan
yang lain menuju kemerdekaan dan kesejahteraan, bukankah penting untuk
menyanyikan lagu-lagu perjuangan kembali?